PUSTAKAGURU.ID – Knowledge management dalam pembelajaran merupakan hal baru dalam dunia pendidikan, meskipu penerapan knowledge management bukanlah studi baru di era disrupsi. Kajian tentang knowledge management pertama kali tercetus oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi dengan bukunya “How Japanese Companies Create Innovative Dinamics”. Dalam buku mereka, mereka mendefinisikan bahwa pengetahuan sebenarnya terbagi menjadi dua jenis: pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang mendasar dari pengalaman setiap orang. Informasi eksplisit adalah informasi yang tertulis dan dapat tersampaikan kepada orang lain. Kedua jenis pengetahuan ini saling terkait dan terus berkembang. Oleh karena itu, proses pembentukan pengetahuan melewati beberapa tahap, yang terbagi menjadi beberapa keadaan. Nonaka dan Takeuchi mendefinisikan bahwa pengetahuan terbentuk dari interaksi pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit, yang kemudian membentuk konversi pengetahuan. Dalam pembelajaran, knowledge management dapat berarti sebuah proses pembentukan pengetahuan.
Baca juga: Teknik Menulis di Media Online dengan Menggunakan SEO
Ada cara dalam proses pembentukan pengetahuan, antara lain:
Sosialisasi (dari diam ke diam)
Fase sosial adalah proses berbagi pengalaman, membentuk cara berpikir dan meningkatkan keterampilan teknis setiap orang. Pengetahuan ini bersifat personal tanpa bisa tersampaikan kepada orang lain. Dalam tahap ini, setiap individu mampu memperoleh pengetahuan secara langsung tanpa menggunakan sebuah bahasa. Kegiatan tersebut dapat berupa observasi, imitasi, dan praktik. Tak heran jika kunci untuk mendapatkan tacit knowledge adalah latihan. Semakin banyak pengalaman maka semakin banyak pula pengetahuan tacit yang dimiliki seseorang. Pada tahap ini, seseorang harus mendapatkan wawasan atau informasi baru berdasarkan pengalaman, pola pikir, dan keterampilan teknisnya.
Nonaka dan Takeuchi memberikan contoh fase sosialisasi yang dilaksanakan oleh dua perusahaan besar. Pertama, perusahaan Honda menyelenggarakan “running camp” dalam bentuk pertemuan informal untuk membahas dan memecahkan masalah pengembangan proyek. Kedua, Matsushita Electic Industrial Company, yang terus menimba ilmu melalui komunikasi antara pengembang produk dan pelanggan.
Eksternalisasi (dari tacit ke eksplisit)
Eksternalisasi adalah proses mengartikulasikan pengetahuan tacit ke dalam konsep eksplisit. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyaluran tacit knowledge masing-masing individu yang dituangkan ke dalam media untuk menyadarkan orang lain. Langkah paling sederhana yang memungkinkan konstruksi pengetahuan dari tacit ke eksplisit dapat berupa metafora, konsep, analogi, hipotesis, dan model. Misalnya, jika Anda ingin mendeskripsikan sebuah gambar, Anda tentu membutuhkan bahasa. Dengan demikian, ia menulis sedemikian rupa sehingga pengetahuan atau pemikirannya tentang gambar tersebut dapat dipahami oleh orang lain (selain dirinya sendiri).
Baca juga: Mengenal Fitrah Izul Falaq, Sosok Inovator Teknologi Pendidikan asal Probolinggo
Combination (eksplisit ke eksplisit)
Fase kombinasi adalah fase di mana konten informasi eksplisit diatur ke dalam sistem informasi. Pada fase ini, perbedaan fase dalam data eksplisit menjadi satu sehingga dapat membuat struktur data baru. Sederhananya, tahap ruang hibrida adalah proses menghubungkan dan bertukar setiap orang melalui berbagai media seperti dokumen, rapat, percakapan telepon, atau jaringan komputer. Jenis pengetahuan ini biasanya berasal dari pelatihan formal.
Contoh lain dalam bisnis adalah integrasi pengetahuan, ketika seorang manajer membagi beberapa bagian menjadi visi, konsep bisnis, atau konsep produk. Sebuah perusahaan bernama Kraft General Foods pernah melakukannya. Perusahaan tidak hanya menggunakan data penjualan untuk mencari produk yang laku atau tidak laku, tetapi juga merumuskan cara penjualan yang baru dari hasil analisis data. Berkat ini, Kraft dapat mengklasifikasikan produk perusahaan untuk meningkatkan omset perusahaan secara signifikan. Inilah yang menjadi awal proses pembentukan pengetahuan baru dalam kajian knowledge management dalam pembelajaran.
Internalisasi (eksplisit ke tacit)
Internalisasi adalah transformasi dari pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit, atau sering terucap dengan istilah learning by doing. Setiap orang menerima pengalaman dan pengetahuan baru melalui sosialisasi, eksternalisasi dan bentuk-bentuk gabungan. Selama proses tersebut, pola pikir, kemampuan teknis dan penguasaan pengetahuan umum menjadi aset berharga.
Baca juga: Teknik Menulis di Media Online Menggunakan SEO
Proses transformasi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit dapat membantu untuk memvisualisasikan atau menggambarkannya dalam bentuk dokumen, manual atau cerita. Misalnya, membaca atau mendengarkan kisah sukses mempengaruhi pola pikir pendengar menjadi lebih bersemangat daripada cerita yang mereka baca atau dengarkan. Dengan demikian, dokumentasi memperkaya setiap individu untuk memasukkan apa yang mereka alami.
Siklus dalam Knowledge Management
Proses pembentukan arus informasi dari empat bentuk kegiatan memberikan kandungan informasi yang berbeda. Dalam fase sosial, hal tersebut bernama “pengetahuan simpatik”, yang cenderung menghasilkan keterampilan berpikir dan teknis. Langkah eksternalisasi inilah yang kemudian mendapat istilah “pengetahuan konseptual”, yang melahirkan konsep standar seperti “Tall Boy” Honda atau “Automobile Evolution” Canon. Selain itu, dalam fase kombinasi, knowledge management memungkinkan untuk membangun “pengetahuan sistem”, seperti prototipe dan komponen teknologi baru. Akhirnya, tahap internalisasi menghasilkan “pengetahuan kerja”, yang menghasilkan pengetahuan baru dalam diri individu.
Fitrah Izul Falaq, Mahasiswa Magister Teknologi Universitas Negeri Malang
Pingback: Implementasi Etika Pancasila sebagai Upaya Mencegah Korupsi